Antara Hati dan Logika


Antara Hati dan Logika


"Mengapa kau masih memberi ruang untuk luka?
Tak tahu dan tak apa untuk kali ini, kalau sudah jera akan ku tutup juga.


Bodoh! Tak  tau  pasti cerita akhirnya, masih kau bebal juga. Kau yang membiarkan dirimu terluka, lalu kau sendiri yang mengobatinya. Membiarkan cerita lama kembali singgah, seolah mengatakan memang kau belum bisa berpindah. Hati, kau kembali menaruh harapan padanya. Kemarin mau merengek, mintakan ampunan Tuhan.

 "Aku yang salah, aku yang tak mendengarkanmu. Tak ada yang lebih mencintaiku selain Cinta-Mu. Maafkan aku, Rabbku", terlontar dari bibir kecilmu, tapi tidak demikian dengan hatimu.

Maafkan  hati ini yang tak sejalan dengan logika. Maaf jika aku sering berontak membela logika, tapi meskipun akhirnya kamulah pemenangnya. Maaf jika logika ku tak pantang menyerah. Aku takut, kalau nanti aku tenggelam dalam kesendirian. Saat semua pergi, lantas nanti aku dengan siapa??

Semua itu termasuk fitrah-Nya, hanya caranya saja yang salah.  Kalau aku diam-diam, nanti direbut orang? Tapi logikaku yakin pasti ada gantinya, tapi hati menolaknya. Tidak, tak mudah menemukan yang kau inginkan. Bisa jadi tak sejalan. Atau tak mampu memberi rasa nyaman bahkan aman.

Kerap begitu, akhirnya hati dan logika seolah selalu berusaha mencari pembenaran. Keduanya bukanlah pilihan. Sulit tuk memilih, bahkan tak akan bisa.

Sudahlah tak lelah memikirkan ketidakpastian? Biarkan hatimu istirahat, mengejar mimpi jauh lebih penat.





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer