Akhlak nge - Medsos

 Membahas akhlak tidak bisa lepas dari figur Rasulullah saw. karena beliau adalah hamba yang dipuji Allah karena keagungan akhlaknya, selain itu nabi diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau bersabda, “Tidaklah aku diutus ke dunia kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. A Bazzar)

Akhlak menurut Imam Ghazali, adalah sesuatu yang mengakar kuat dalam jiwa seseorang dan mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa harus dipikir terlebih dahulu. Menanamkan akhlak baik, tak hanya ditunjukkan untuk kehidupan bermasyarakat secara langsung tapi juga ketika di media sosial. Arus deras hoaks, telah membuat warga netizen defisit santun dan moral. Media sosial yang harusnya mencerdaskan kehidupan bermedia, sebaliknya malah muncul reaksi dan komentar-komentar yang tidak bermuatan positif. Baik itu, di kanal facebook, twitter, youtube, whatsapp, instagram, line, tiktok, dan media sosial lainnya. Tak jarang kita jumpai di jagat media sosial, ragam isu ditafsirkan secara negatif, dan cenderung liar. Kadang-kala tidak peduli atas berita bohong yang disebar, informasi yang dilempar ke media sosial tidak kita sadari bahwa tindakan tersebut keluar dari esensi akhlak itu sendiri. Sebab itu, seakan-akan lumrah bagi warga netizen yang hanya mementingkan emosi.

Bahkan, dalam isu tertentu (agama) direspons dengan cara menjatuhkan lawan. Pun, ghibah dan fitnah sangat masif kita temukan di dunia maya. Tingkat kreatifitas dan kerajinan menebar hoaks (fake news) terjadi sepanjang tahun. Defisit akhlak netizen dapat dibuktikan dalam cara berbagi informasi melalui dunia maya maupun dunia nyata. Oleh karena itu, selain kita mesti berakhlak mulia di dunia nyata. Kita juga perlu berakhlak baik di dunia maya. Jangan sampai kita ikut menyebarkan sampah di sana, bahkan ikut memproduksinya.

Legitimasi main hakim sendiri tampak muncul di kolom komentar, terkadang netizen hanya melihat tema besarnya tanpa dibaca dulu langsung men-share, dan menyimpulkan. Sehingga, dampak baik atau buruknya terhadap masyarakat amat abai. Apabila timbul komentar yang sifatnya menjatuhkan (tidak sopan santun) tidak mampu bertanggung jawab secara objektif. Di sisi kemudahan, ada juga akibat buruknya. Misalnya saja, dengan media sosial yang kita miliki, memang membantu kita dekat dengan mereka yang jauh. Namun sebaliknya, menjauhkan orang-orang yang dekat. Kita menjadi lebih sering fokus dengan orang di dunia maya dan ngacangin orang di hadapan. Bahaya. Bisa merusak hubungan kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976, shahih)

Hendaknya setiap kita senantiasa menjaga diri dari berbicara atau menuliskan komentar yang tidak jelas manfaatnya. Kita tidaklah berbicara kecuali dalam hal-hal yang memang kita berharap ada manfaat untuk agama (diin) kita. Ketika kita melihat bahwa suatu perkataan itu tidak bermanfaat, maka kita pun menahan diri dari berbicara (alias diam). Kalaupun itu bermanfaat, kita pun masih perlu merenungkan: apakah ada manfaat lain yang lebih besar yang akan hilang jika saya tetap berbicara? Sampai-sampai ulama terdahulu mengatakan bahwa jika kita ingin melihat isi hati seseorang, maka lihatlah ucapan yang keluar dari lisannya. Ucapan yang keluar dari lisan seseorang akan menunjukkan kepada kita kualitas isi hati seseorang, baik orang itu mau mengakui ataukah tidak. Jika yang keluar dari lisan dan komentarnya hanyalah ucapan-ucapan kotor, sumpah serapah, celaan, hinaan, makian, maka itulah cerminan kualitas isi hatinya.

Dalam riwayat hadits, “Kelak akan ada banyak kekacauan di mana di dalamnya orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berusaha (dalam fitnah). Siapa yang menghadapi kekacauan tersebut maka hendaknya dia menghindarinya dan siapa yang mendapati tempat kembali atau tempat berlindung darinya maka hendaknya dia berlindung.” (HR. Al-Bukhari no. 3601 dan Muslim no. 2886) [hal. 49]

 Hoaks mudah sekali dikonsumsi oleh para netizen yang suka memilintir fakta sejarah, informasi di situs-situs Islam radikal menjadi bukti fitnah tentang perselisihan di kalangan umat Islam di Indonesia. Perpecahan mulai memuncak akibat kelompok transnasional menabur berita bohong, dan dakwah Islam identik dengan jihad, qital atau angkat senjata. 

Sebagai muslim yang baik dan umat Rasulullah Saw, harus pandai-pandai menyaring berita dan melakukan cek dan ricek atau riset/investigatif. Paling tidak, sebagai muslim yang berakhlak tercermin dari bagaimana dia berucap dengan bijak, dan toleran. Juga mengamalkan prinsip-prinsip Nabi: Pertama, siddiq. Kedua, amanah. Ketiga, tabligh. Keempat, fathanah. Dan menghindar dari prasangka buruk yang berlebihan, tidak berucap kasar/sopan santun dalam bertutur, dan menghargai pendapat orang lain. 

Pedoman bermedia sosial ini sangat penting agar tidak termakan hoaks, sebab itu sama dengan fitnah yang dosannya lebih kejam daripada pembunuhan. Jujur dan bijak dalam berucap maupun menyebar informasi dengan benar adalah akhlak yang harus dijunjung tinggi, menjauh dari hal-hal yang bersifat kontroversi, dan ekstrem. Hadits Nabi Saw berkata, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Tidak ada salahnya bagi umat muslim di negeri ini berniat dengan baik dan menyampaikan kebenaran informasi di media sosial, Islam sendiri menempatkan kebenaran itu di atas segala-galanya. Jadi, jejak digitalnya perlu dibangun atas dasar tingkah laku yang sopan dan santun (akhlak), dan berpegang teguh terhadap prinsip jujur, serta bertanggung jawab. 

Kita juga mesti bijak dalam merespon konten yang muncul. Ketika ada konten yang kurang sesuai, tegurlah dengan cara yang baik. Bisa dengan menegur melalu pesan pribadi, bahasa yang halus. Karena dengan caci maki tak akan mendatangkan ketenangan dalam hati.


Komentar

Postingan Populer