Tanya Hati
Beberapa bulan belakangan ini, diri ini berhasil melewati fase-fase tersulit. Melewatinya perlahan, meski berlajan pelan, dengan senyum di wajah tapi diri yang kelelahan menopang semuanya sendirian. Kalaulah tubuh ini buatan dari China atau Jepang, mungkin sudah remuk sedari awalnya.
Umur terakhir di kepala satu merupakan sebuah transisi antara masa remaja dan masa dewasa. Rasanya tak mau jadi orang dewasa, bebannya terasa berat. Tapi ya, di dalam hidup semua ikut rodanya. Terus berputar.
Semakin bertambah umur, rasanya beban yang ditanggung makin besar sepertinya. Kita terlalu termakan ekapetasi-ekspetasi yang ada dipikiran. Tanpa sadar, kita selalu berambisi untuk memenuhi semua ekspetasi orang lain terhadap kita.
Itu lah yang sebenarnya membuat segala sesuatu menjadi beban. Ekspetasi orang misal untuk kita yang kuliah, pasti setelah lulus bakal dapat kerjaan yang enak. Kalau lulusan sarjana nggak kerja, dinilai sebelah mata. Padahal, nggak semua episode hidup kita tuh harus sama layaknya sinetron di tv.
Namanya juga hidup, Tuhan sebagai sutradara dan kita sebagai tokoh pemerannya. Kalau sang sutradara membuat semua tokoh menjadi baik semua, alur akan monoton. Karenanya lah diciptakan bermacam-macam sifat dan watak tokoh agar kisah kehidupan cerita lebih berwarna.
Ga melulu hidup harus sesuai dengan huruf di abjad. Habis A, B, C, D. Boleh jadi kita malah melompati 2 gitit hurud itu atau bahkan lebih. Boleh jadi urutannya acak, gitu deh.
Wahai diri, masa ke masa rintangannya semakin sulit. Akan lebih banyak hal-hal pelik. Semoga, kerja sama raga dan jiwa kita lebih jauh membaik. Yuk, berbenah diri persiapkan hidup dimasa tua yang jauh lebih baik, bukan kian sulit.
Komentar
Posting Komentar