Makna Kehilangan
Tiap-tiap orang akan menemui satu titik dimana kehilangan seseorang atau sesuatu yang disayang. Perpisahan, putus, perceraian, atau mungkin kematian. Kita nggak akan pernah bisa memiliki, karena yang kita miliki ya kehilangan itu. Nggak ada yang bertahan selama-lamanya di dunia, sekuat apapaun dia, sehebat apapun, nanti juga pergi. Sebagai manusia, tugas kita Cuma belajar menerima tiap-tiap kehilangan, supaya nggak berubah jadi kesedihan berlarut-larut.
Bicara soal kehilangan, mungkin jadi momok paling ditakutkan semua orang. Yaa siapa sih yang rela kehilangan orang tersayang. Hewanpun akan sedih ketika kehilangan pasangan hidupnya, manusia juga sama. Kehilangan suami, istri, ayah, ibu, saudara, kakek, nenek, bahkan doi. Tapi ya, emang alurnya gitu.
Pertemuan dengan seseorang, yang semakin mendekatkan kita dengan perpisahan. Pasti ada benang merah yang bisa diambil dari setiap kisah kehilangan yang dialami.
Kehilangan seorang sosok berharga di dalam hidup, sosok yang sangat berjasa bagi keluarga, yang dicintai, yang sudah diperjuangkan itu mengikhlaskannya nggak semudah ketika bilang “ gua udah ikhlas, ini takdir Allah “. Ucapan itu cuma jadi alibi biar diri selalu terlihat tegar dihadapan orang-orang.
Singkat cerita, 6 tahun yang lalu gua kehilangan sosok yang paling penting dalam hidup. Dan pagi ini, saudara gua kehilangan malaikat tak bersayapnya untuk selama-lamanya. Rasanya nggak mungkin untuk nggak nangis. Perpisahan yang sejati, nggak akan pernah lagi kembali selama-lamanya, mustahil nggak nangis. Yang bikin agak dongkol itu, ketika orang-orang yang datang melayat dengan enteng bilang
“ udah nggak usah nangis, kasian loh mama nya. Yang dibutuhin sekarang cuma doa. Udah ya jangan nangis lagi, mending ngaji”. Seorang anak ditinggal pergi ibu atau ayah untuk selamanya siapa yang nggak terkikis hatinya.
What the hell gitu, mereka nggak ngerasain rasanya kehilangan bener-bener kehilangan. Apa nangis itu salah? Nggak, nanggis nggak selamanya salah. Emang sih, kalau orang udah meninggal itu yang paling dibutuhkan cuma doa, tapi apa menangis itu nggak boleh. Menangis boleh, karena kita butuh sedih untuk merasakan arti cinta sesungguhnya. Dengan menangis itu bukti kalau kita emang teramat sayang sama orang itu. Justru dengan seseorang menangis, itu bisa membuat psikisnya lebih tenang katimbang harus pura-pura senang dibalut topeng keceriaan.
Mungkin, diksi kata mereka aja yang kurang tepat. Kalau aja diubah kata-katanya jadi,
“Nangis aja sampe kamu tenang, tapi jangan terlarut ya. Kalau sudah tenang, yuk ngajiin terus doain.”
I think that’s better. Lebih layak didengar di depan orang yang sedih. Karena kadang orang nggak sepenuhnya mengerti dan peduli tentang hidup kita. Mereka Cuma melihat dan menilai apa yang mata mereka lihat, tanpa tau yang sebenarnya. Kehilangan demi kehilangan membuat orang jadi kuat tanpa disadari. Terlebih gua yang terkenal manja sejak kecil, semenjak kehilangan gua sadar bahwa gua harus kuat, mandiri jangan terlalu bergantung ke orang lain. Kehilangan dan kesedihan yang paling banyak memberikan pelajaran, menjadikan diri lebih dewasa.
Buat kamu yang sedang berada di fase kehilangan seseorang, kita sama. Nggak ada pertemuan yang abadi, perpisahan pun demikian. Semua bersifat sementara. Siapkan porsi ikhlasmu untuk menerima kehilangan siapapun di hidupmu. Karena sejatinya, kita nggak pernah memiliki sesuatu. Kita hanya dititipkan untuk menjaga dan merawat apa-apa yang Allah beri. Jadi, apapun hal berharga yang kamu peroleh sekarang. Jaga, rawat, dan berikan kasih sayang sepenuhnya, karena dengan kehilangannya mungkin kamu akan merasakan kehampaan hidup, kesedihan yang mendalam. Hargai keberadaannya, sebelum kamu kehilangan yang benar-benar kehilangan.
Love u
Rina 🐣
Betul banget, kadang sedih itu ga perlu ditutupi untuk terlihat baik baik saja, ya karna kita semua hanya manusia biasa yg punya sisi lemah dan tak berdaya :')
BalasHapusHuhuhuhu 😭🙂
Hapus