Pendidikan Tinggi Bukan Penghalang Jodoh
Perempuan yang berpendidikan tinggi konon katanya sukar dapat jodoh. Ternyata pandangan masyarakat tentang hal itu belum hilang. Beberapa kali dengar sendiri celotehan segelintir masyarakat.
Si A “ Sekarang kuliah neng? Oh jangan sibuk ngejar karir terus nanti susah dapet jodoh loh “.
Si B “ cewek kalo punya pendidikan tinggi, ntar cowok jadi segen deketinnya trs susah dapet jodoh”
Hadeh ya, nggak tau lagi mau gimana nanggapinnya. Rasanya mulut ini gatel pengin ngebantah ucapan mereka. I don’t care about what they’re say, Cuma aku lelah untuk dengar semua itu. Masyarakat termakan oleh sifat gengsinya masing-masing. Padahal fungsi dari pendidikan bagi perempuan itu sangatlah penting terlalu rendah jika tujuannya hanya untuk jodoh.
Tingginya jejak pendidikan seorang perempuan, bukan berarti nanti dia bebas merendahkan pasangannya. Aku rasa semua perempuan pasti paham tentang kodratnya diciptakan ke dunia ini yaa untuk berbakti dan melayani pasangan atau suaminya. Setinggi-tingginya jejak pendidikan perempuan, tetap derajat lelaki lebih di atas perempuan. Lelaki lah seorang nahkoda yang akan membawa kemudi pelayaran rumah tangganya, dan istri ibarat sebuah kendek yang akan mengingatkan sang nahkoda ketika salah arah.
Nggak ada tuh di rumah tangga istilah pendidikan istri nggak boleh lebih tinggi dari suami. Justru seharusnya suami senang ketika tau kalau istrinya berpendidikan, karena berdasarkan beberapa riset kepandaian seorang anak 75% diturunkan dari ibunya dan 25% dari ayahnya sedangkan untuk sifat dan karakter 70% diturunkan oleh ayahnya dan 30% dari ibunya. Nah makanya, cari imam jangan cuma terfokus ke pendidikannya aja tapi aspek akhlaknya juga harus baik. Bukannya indah ya ketika snag istri berpendidikan lalu suaminya juga cerdas lagi berperangai baik, pasti nanti keturunannya jadi bibit generasi unggul masa depan.
Mungkin yang mereka kira, kalau pendidikan istri lebih tinggi, terus kerjanya lebih tinggi dari suami, istri akan merendahkannya, lalu hilanglah harga diri seorang suami karena suami yang seharusnya yang mencari nafkah. Padahal tugas suami istri itu saling melengkapi, istri bekerja tentu bisa jadi selain membantu perekonomian keluarga boleh jadi untuk membantu orang tuanya.
Misal, si istri itu anak sulung dan punya beberapa adik kandung, punya beban yang cukup berat karena dia harus membuktikan ke ortunya kalau dia sudah bisa diandalkan. Dia inginkan membiayai adiknya sekolah setinggi-tingginya, memperoleh pekerjaan yang layak, bisa gantiin beban ortu dalam urusan bayar cicilan ketika mereka tua dan renta jadi mereka tinggal duduk tenang. Ada suami yang mengizinkan istrinya untuk meniti karir, ada pula yang nggak dengan tujuan yaa biar lebih fokus mendidik anak-anaknya. Semua itu kembali ke individunya sendiri. Justru seharusnya keduanya mampu menyeimbangi, keduanya berjalan beriringan. Karena semua suami sudah pasti ingin berusaha sekuat tenaga membahagiakan istrinya. Tugas istri ya mendoakan dan mensuportnya.
Jadi, nggak bisa menyamaratakan nasib orang per orang. Takdirku ya untukku, tadkirmu ya urusanmu. Setiap manusia diuji dengan masalah yang beda-beda. Ada yang di uji karena harta, keluarga(broken home), pekerjaan, sakit, fisik, pertemanan, dan jodoh. Saat diuji sulit dapat jodoh, bukan berarti salah kita karena berpendidikan, tapi emang belum aja waktunya jodoh itu datang. Mereka yang dididik oleh keluarga yang bisa dibilang menganut kental agamanya, so pasti mereka udah dikasih banyak wejangan oleh orang tuanya. Aku pribadi sih emang nggak terlalu mematok jodoh yang harus lulusan S2, harus yang anak konglomerat, punya mobil, rumah mewah, etc. Jujur aja, orang tuaku bisa dibilang lumayan kental agamanya, jadi yang mereka pengin ialah jodoh yang taat dalam urusan beragama mereka nggak pernah menuntut kalau imamku nanti harus orang yang begini begitu. Alhamdulillah bangetttt
Jadi, kalau kita perempuan punya cita-cita setinggi langit jangan ragu, gapai itu semua. Urusan jodoh bukan mulut tetangga yang nentuin. Kaum perempuan harus bangkit dari kebodohan, generasi selanjutnya ditentukan oleh kualitas-kualitas perempuan hebat seperti kalian. Kalau mindset orang Indonesia nggak berubah, gimana mau jadi negara maju saat pikiran perempuan dihantui oleh statement-statement mereka yang klise atau kolot.
Special Note :
Siapapun kamu calon imamku (hiyaa wkwk) apapun title pendidikanmu, pekerjaanmu, latar belakang keluargamu, fisikmu, kamu tetap akan jadi lelaki hebat. Yang kami perempuan cari, sosok yang sederhana, tidak banyak gaya, setia tentunya, yang suatu saat bisa diandalkan, bertanggung jawab, mampu membimbing dan menjdikanku satu-satunya bidadari surgamu. Kalaulah perangaimu baik, kualitas imanmu kepada Tuhanmu, perangaimu baik kepadaku dan kepada ibuku dan ibumu sudahlah cukup bagiku. Setinggi-tingginya pendidikanku, tetap kamu yang lebih tinggi derajatnya. Kalau pun pendidikanmu tinggi, semoga tidak menjadikanmu sosok yang angkuh, seenak hati memainkan perasaan wanita. Jangan yaa 😊
Mantuullll 👍👍
BalasHapus